MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
Tugas ini disusun guna memenuhi mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam yang diampu oleh Bapak Drs Samsul Munir Amin,MA
Disusun Oleh
AGUS SANROSAD
AHAKINA
KHUSNIATI
AHMAD FAIYUN
ANA RESTYA
AJI SANTOSO
AS / SEMESTER
IV
UNSIQ JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Asia Tenggara adalah sebutan untuk wilayah
daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah Indo-Cina dan kepualauan
yang banyak serta terilingkupi dalam Negara Indonesia dan Philipina. Meliht
sejarah masa lalu, terliaht bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh
pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang waktu itu telah
memiliki peradaban, budaya, dan agama. Taufiq Abdullah menulis dalam bukunya
renaisans islam di asia tenggara, bahwa kawasan asia tenggara terbagi menjadi 3
bagian berdasarkan atas pengaruh yagn diterima wilayah tersebut. Pertama, adalah wilayah indianized
southeast asia, asia tenggara yagn dipengaruhi India yang dalam hal ini hindu
dan budha Kedua, sinized south east
asia, wilayah yang mendapatkan pengaruh china, adalah Vietnam. Ketiga, yaitu wilayah asia tenggara yag
dispanyolkan, atau hispainized south east asia, yaitu philipina.
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan
melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Islam masuk di Asia Tenggara
dengan jalan damai, terbuka dan tanpa paksaan sehingga Islam mudah dipahami
masyarakat. Adapun proses islamisasi ke Asia Tenggara yang berkembang ada
beberapa hal yaitu perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan
politik. Namun kami hanya membahassebagian dari keseluruhan sejarah peradaban
islam di Asia Tenggara karena cakupannya terlalu luas dan meliputi banayak
Negara.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba
untuk menjelaskan pembahasan tentang masuk/ proses Islamisasi si Asia Tenggara,
pertumbuhan lembaga social dan politik serta perkembangan keagamaan dan
peradaban di Asia Tenggara. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin
LATAR
BELAKANG MASALAH
- Bagaimana proses terjadinya penyebaran
islam di Asia Tenggara?
- Jelaskan mengenai proses masuknya islam ke
Asia Tenggara?
- Bagaimana gambaran kondisi islam pada masa
kerajaan di Asia Tenggara?
- Seperti apa kondisi masyarakat muslim di
Negara-negara Asia Tenggara?
BAB II
PEMBAHASAN
Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut
diperhitungkan,karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara
penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya,
Islam menjadi agama resmi Negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam,
negara Indonesia (penduduknya mayoritasatau sekitar 90% beragama Islam), Burma
(sebagian kecil penduduknya beragama Islam),Republik Filipina, Kerajaan
Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura [1].Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia
Tenggara yang mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara
merupakan satu-satunya wilayah
Islam yang terbentang
dari Afrika Barat
Daya hingga Asia
Selatan, yang mempunyai penduduk
Muslim terbesar.Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak
pemeluk agama lslamnya.Termasuk wilayah ini adalah
pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan
mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.
A. Penyebaran Islam di Asia
Tenggara dan Indonesia
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka
sudahmempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan
perdaganganinternasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh,
Asia Tenggaradan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan
internasional yang terbentangjauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat
Malaka itu kelihatan sejalan puladengan muncul dan berkembangnya kekuasaan
besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang(618-907), kerajaan Sriwijaya (abad
ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan
ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arabsudah turut serta dalam kegiatan pelayaran
dan perdagangan sampai ke negeri China.Pada masa pemerintahan Tai Tsung
(627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datangempat orang Muslim dari
jazirah Arabia. Yang pertama , bertempat
di Canton (Guangzhou),yang kedua menetap
dikota Chow, yang ketiga dan keempat
bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas,
adalah seorang muballigh dan sahabat NabiMuhammad SAW dalam sejarah Islam di
China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto,yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi
(masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarangkaum Muslim China
membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yangdibawa langsung
oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dansesudahnya.
Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China baik sebagaipedagang
maupun mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam. Sejak abad ke-7 dan abad
selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri
China, khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaantentang
kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas
SelatMalaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu,
boleh jadipara pedagang dan munaligh Arab dan Persia yang sampai di China
Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia
Tenggara dapatdihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir
Budha, yang mengadakanperjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di
Canton pada tahun 671. Iakemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di
duga daerah Palembang di SumateraSelatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam
Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yangterdapat laporan yang menceritakan orang
Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerangkerajaan Ho-Ling (kalingga) di bawah
pemerintahan Ratu Sima (674).Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse
dan Ta-Shih.
Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan
yang dimaksud dengan Ta-Shihadalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan
Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tempat orang
Ta-Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera atau
di Palembang. Namun adapula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah
Terengganu. Terlepasdari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada
di bagian Barat Asia Tenggara. Juga ada pemberitaan China (sekitar tahun 758) dari Hikayat Dinasti Tang
yangmelaporkan peristiwa pemberontakan yang dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Se.
Merekamersak dan membakar kota Canton (Guangzhoo) untuk membantu kaum petani
melawanpemerintahan Kaisar Hitsung (878-899). Setelah melakukan perusakan dan
pembakarankota Canton itu, orang Ta-Shih dan Po-Se menyingkir dengan kapal.
Mereka ke Kedah danPalembang untuk meminta perlindungan dari kerajaan
Sriwijaya. Berdasarkan berita initerlihat bahwa orang Arab dan Persia yang
sudah merupakan komunitas Muslim itumampu melakukan kegiatan politik dan perlawanan terhadap penguasa China.
Ada
beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam keIndonesia
1.
Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M
(684M). Pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan
sudahmempunyai pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masuk pertama
kali keIndonesia di Sumatera Utara.
2.
Menurut Dr. Hamka,
Agama Islam masuk
ke Indonesia pada
tahun 674 M.Berdasarkan catatan Tiongkok , saat itu
datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh(kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke
Kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga)untuk membuktikan keadilan, kemakmuran dan
keamanan pemerintah Ratu Shima diJawa[2]
3.
Menurut Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670
Mkarena di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa-Miim
yangberarti tahun 670 M.
4.
Seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20 Maret
1963,mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad I H/abad 7
Mlangsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi ialah pesisir Sumatera.
Sedangkan
perkembangan Agama Islam di Indonesia sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam
di bagi menjadi tiga fase, antara lain :
1.
Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita
luar negeri, terutama Cina;
2.
Adanya komunitas-komunitas Islam
di beberapa daerah
kepulauan Indonesia.Sumbernya di
samping berita-berita asing juga
makam-makam Islam;
B. Proses Masuknya Islam di
Asia Tenggara
Islam
masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal
ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskanmelalui
penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan
damai,terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima
masyarakat AsiaTenggara. Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara
hampirsemuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan
dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia
Selatan. Pada abadke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagangyang berlayar ke
Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi
semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang
Muslim yang singgah
untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Menurut
Uka Tjandra Sasmita[4], prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam,
yaitu:
1.
Saluran perdagangan
Pada taraf
permulaan, proses masuknya
Islam adalah melalui
perdagangan.Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga
ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil
bagian dalam perdagangan darinegeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur
Benua Asia. Saluran Islamisasi melauiperdagangan ini sangat menguntungkan
karena para raja dan bangsawan turut sertadalam kegiatan perdagangan, bahkan
mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Merekaberhasil mendirikan masjid dan
mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlahmereka menjadi banyak, dan
karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dankaya-kaya. Di beberapa
tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang
ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukankarena hanya
faktor politik dalam negeri yang sedang
goyah, tetapi karena faktor
hubungan ekonomi drengan pedagang-pedagang Muslim. Perkembangan
selanjutnya mereka kemudian mengambil
alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.
Saluran perkawinan
Dari
sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih
baikdaripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi
terutama puteri-puteribangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin
merekadiislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan,
lingkungan merekamakin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan
kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini
oleh keturunanbangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu.
Jalur perkawinan inijauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim
dengan anak bangsawan atauanak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati
atau bangsawan itu kemudian turutmempercepat proses Islamisasi. Demikianlah
yang terjadi antara Raden Rahmat atausunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan
Gunung Jati dengan puteri Kawunganten,Brawijaya dengan puteri Campa yang
mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3.
Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau
para sufi mengajarkan
teosofi yang bercampurdengana jaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalamsoal magis dan
mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga adayang
mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam
yangdiajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mererkayang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimengerti danditerima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaandengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah
Fansuri di Aceh, Syekh LemahAbang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik
seperti ini masih dikembangkan diabad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4.
Saluran prendidikan
Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok
yangdiselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren
atau pondok itu,calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.
Setelah keluar adaripesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau
berdakwak ketempat tertentumengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang
didirikan oleh Raden rahmat di Ampel DentaSurabaya, dan Sunan Giri di Giri.
Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Malukuuntuk mengajarkan Agama
Islam.
5.
Saluran kesenian
Saluran
Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang.Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang.Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta
para penonton untukmengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar
cerita wayang masih dipetikdari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam
serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian
lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, sepertisastra (hikayat, babad dan
sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
6.
Saluran politik
Awalnya pemerintah kolonial memberikan
kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang
tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Sedangkan dalam bidang politik,
pemerintah melarang keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-qur’an
maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan[5]
Di
Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanyamemeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islamdi daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun
di Indonesia BagianTimur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam
memerangi kerajaan-kerajaannon Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis
banyak menarik penduduk kerajaanbukan Islam itu masuk Islam.
Untuk
lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada
3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaanIslam yang
sebenarnya:
1.
Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di
beberapawilayah pesisir lndonesia, dan
wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudianmelakukan asimilasi dengan
jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa lokalyang telah menyumbangkan
peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadapperusahaan perdagangan
para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memelukagama lslam adalah dari
penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintasMuslim dan menjadi
persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagangHindu dari Jawa.
Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi keagama lslam
untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit danuntuk
melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
2.
Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan
parasufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan
politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum
pedagang,dan memasuki perkampungan
di wilayah pedalaman.
Mereka mampumengkomunikasikan visi
agama mereka dalam bentuknya,
yang sesuai dengankeyakinan yang
telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan demikiandimungkinkan bahwa masuknya Islam ke
Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengankultur daerah setempat.
3.
Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan
elitepemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi
kebajikanlndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan
bagi lntegrasikelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih
besar[6] .Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun
dalam kondisiyang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak
terdapat proses tunggal atausumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia
Tenggara, namun para pedagang dan kaumsufi pengembara, pengaruh para murid,
dan penyebaran berbagai sekolah
agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.
C. Masa Raja-Raja lslam di
Asia Tenggara
Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan Islam di
Samudera pasai pada tahun 1292 M di bawah seorang raja al-Malikus Saleh[7]. Kerajaan Islam Samudera Pasai ada pengaruh dari kekerajaan Mamalik di
Mesir atau setidak-tidaknya ada hubungan erat antara keduanya. Persamaan nama
dan gelar yang dipakai tidak jauh berbeda dengan gelar yang dipakai di Masir.
Gelar al-Malikus Saleh dan al-Malikusz Zahir, raja pertama dan kedua Pasai,
sama dengan gelar yang dipakai oleh rajamamalik Mesir.Kerajaan Pasai mengalami
perkembangan pesat di masa pemerintahan al-MalikuzZahir II tahun 1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir mendalami ilmu
agama. Ia banyakmelakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan agama. Ibnu
Batutah, sorang ahli BumiMuslim, pernah melawat ke Pasai tahun 764 H/1345 M
memberi kesan bahwa Pasai saatitu sudah maju, baik dibidang agama maupun
tatanan sosial. Pasai sebagai pusat kegiatanilmu agama yang bermazhab Safi’i
dan merupakan kota bandar besar untuk singgah kapal-kapal negara lain.Di Jawa,
agama Islam mengalami perkembangan pesat di masa kemundurankerajaan Majapahit.
Penyebarannya dilakukan oleh para wali yang tergabung dalamanggota wali
sembilan, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, S. Bonang, S. Giri,
S.Drajat, S. Kalijaga, S. Kudus, S. Muria dan S. Gunung Jati. Wali sembilan
berdakwahkepada rakyat sesuai dengan bakat dan keahlian yang mereka
miliki.Selain kerajaan Islam samudera Pasai, di Sumatera juga berdiri kerajaan
Islam Aceh.Ketika kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Mahmud syah dipukul
Portugis, RajaIbrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menyatukan
seluruh daerah Acehtahun 1507.Di Jawa berdiri kerajaan-kerajaan Islam, yakni
kerajaan Demak (kurang lebih 1500-1550), Kerajaan Islam Banten, Kerajaan Pajang
(1546-1580) dan Kerajaan Cirebon. DiKalimantan, tumbuh pula kerajaan Islam,
seperti kerajaan Islam Banjar, Kerajaan IslamSukadana, Kerajaan Islam Brunai.
Sedangkan Kerajaan Islam di Sulawesi adalah KerajaanIslam Bugis (Bone),
Kerajaan Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan Islam di Maluku dan Nusa Tenggara adalah
Kerajaan Ternate, Tidore dan Kerajaan Islam Nusa Tenggara
D. Negara-Negara Islam di
Asia Tenggara
1. Islam di Malaysia
a. Perkembangan Keagamaan
dan Peradaban di Malaysia
Islam
merupakan agama resmi negara federasi Malaysia. Hampir 50% dari 13
jutapenduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang
melayu yangtinggal di Semenanjung Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari
kelompok-kelompok etnikyang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri
sekitar 38% dari penduduk Malaysiadan yang lainnya India dan Arab (Esposito,
1990:55).Keragaman masyarakat yang demikian besar membawa dampak ketegangan
dankonflik-konflik yang cenderung untuk menambah identitas orang-orang melayu,
terutamaorang Cina yang lebih meningkat pendidikan dan perokonomiannya dari
pada orangmuslimin yang lebih pedesaan.Masyarakat Muslim di Malaysia sebagian
besar berlatarbelakang pedesaan danmayoritas mereka bekerja sebagai petani.
Mereka cenderung dalam kehidupan komunitasmasyarakat kampung.
Warga perkampungan Malaysia
menjalankan praktek-praktek keagamaan,
meyakini terhadap roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali yang dikeramatkan baik
di kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat
hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sanatentram dan
damai.Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru
yangdiakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim
yang taatibadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya
yang damaiserta mencerminkan keIslaman
agamanya baik di perkampungan
maupun dalampemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik
dalam segi dakwah dandalam pengelolaan sekolah-sekolah.
Mengenai
hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara
Islam yang lain, seperti:
1.
Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.
2.
Banyaknya bangunan-bangunan sekolah
Islam.
3.
Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan
Malaysia (hukum Islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum
negara).
b. Pemerintahan di Malaysia
Pada zaman
tradisional Islam di
negara-negara perairan Malaya
mempunyaihubungan yang erat antara kehidupan kampung dan organisasi
kenegaraan. Pemerintahandibagi menjadi dua ruang lingkup yakni:
1)
Dalam Kehidupan KampungTerdapat dua jabatan yang seimbang. Kepala kampung atau
penghulu diangkat olehpejabat yang lebih tinggi untuk menjaga ketertiban lokal,
menengahi persengketaan,mengumpulkan pajak, mengorganisir kaum buruh dan
bertindak sebagai penyembuhdalam bidang spiritual. Adapun jabatan yang lain
yakni Imam masjid yang lokal danmengajar di sekolah lokal. Islam memberikan peranan
yang penting terhadap sejumlah ritual dan perayaan yangmenjadi simbul
solidaritas komunitas perkampungan, dan perayaan beberapa peristiwabesar dalam
siklus kehidupan individual seperti perayaan kelahiran, perkawinan,
danperingatan kematian.
2)
Dalam kehidupan negaraIslam juga diperlukan bagi negara Malaysia. Para Sultan
pada beberapa negaraMalaya merupakan kepala sebuah kelompok keturunan
Aristokratik yang membuat elitpolitik negeri dan merupakan raja-raja kampung.
Seorang penguasa juga disebut sebagaiSultan, Raja dan Yang Dipertuan.
Gelar-gelar tersebut merupakan gelar Muslim dan Hinduyang diyakini sejak masa
Islam.Pada periode tradisional Sultan merupakan pejabat agama dan politik yang
tertinggidan melambangkan corak Muslim masyarakat melayu. Sultan sebagai kepala
agamamempunyai wewenang penuh bagi umat Islam di Malaysia. Di samping itu
kehidupanberagama di sana terasa sangat formal jika dibandingkan dengan
Indonesia sepertikhutbah Jum’at yang harus berisikan doa bagi Sultan dan
seluruh keluarganya. Bahkanpernah
terjadi pada waktu
“Idul Fitri” di
Masjid Kuala Lumpur,
takbir yangdikumandangkan
bersama-sama diberhentikan demi menyambut kedatangan yang MahaMulia Sultan.
Setelah Sri Baginda duduk, barulah bacaan takbir dikumandangkan kembali(Anwar,
1968:XII). Jadi kedudukan seorang Sultan di Malaysia pada zaman dahulu
sangatmulia.Namun kenyataan di atas berubah drastis setelah Malaysia didominasi
oleh Inggris.Sistem yang berlaku pada era tradisional ini berubah total. Mereka
membebaskan paraSultan Melayu dari otoritas efektif dalam segala urusan kecuali
bidang yang berkenaandengan agama dan adat. Oleh karena itu para Sultan
berusaha memperkuat pengaruhmereka pada bidang tersebut sebagai satu-satunya
ekspresi dan berusaha memusatkanorganisasi keagamaan Islam dan memperluas
kontrol kesultanan terhadap kehidupankeagamaan.
2. Islam di Muangthai
a. Latar Belakang Muangthai
Di
Muangthai terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4 % dari
pendudukumumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak
menganut Islam yaitudi propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun,
Narathiwat, Patani dan Yala. Pekerjaankaum muslimin Muangthai cukup beragam,
namun yang paling dominan adalah petani,pedagang kecil, buruh pabrik, dan
pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthaimerupakan minoritas yang paling
kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17 pernahmenjadi salah satu pusat
penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulamabesar seperti Daud bin
Abdillah bin Idris al-Fatani.Di Semenanjung Malaya, Islam mula-mula meyakinkan
penguasa setempat di kotaMalaka yang tadinya berada di bawah kekuasaan raja
Siam yang beragama Budha. Sekianabad sebelumnya telah datang agama Hindu dan
Budha, beliau membangun sebuahperadaban dengan bukti meninggalkan
berkas-berkasnya pada rakyat. Menurut Geertzketika Islam tiba pengaruhnya hanya
terbatas pada masyarakat ras melayu, sebelum Islamdapat meluas lebih dalam di
daratan Asia dibendung oleh kolonialisme yang sebagaikekuatan baru menyebar
luas di seluruh kawasan.
b. Masyarakat
Masyarakat
Melayu sangat terisolasi dari masyarakat Muangthai pada umumnya dan
karakteristik sosial budayanya
cenderung untuk mengisolasikan. Istilah
masyarakatMuslim hampir sinonim dengan masyarakat pedesaan.
Daerah-daerah perkotaan secaradominan merupakan daerah Muangthai Budhis, yang
berhubungan dengan birokrasinegara dan para pedagang serta pemilik tokoh Cina.
Hanya ada dua alasan bagi orangMuslim pedesaan Melayu untuk berhubungan dengan
orang Muslim bukan melayu didaerah perkotaan. Oleh karena itu, usaha-usaha
kecil di desa dimiliki oleh orang-orangMuslim Melayu sendiri. Dan untuk
berhubungan atau berurusan dengan pemerintahanharus memakai
cara penghubung atau
perantara, maka kesempatan
diadakannyahubungan antar pribadi antara mayoritas Melayu Muslim dan non
Muslim di daerah itusangat terbatas. Para pejabat pemerintah tidak mempunyai
banyak kesempatan untukmengetahui dari sifat sebenarnya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi oleh pendudukdesa. Penduduk desa menyerahkan
persoalan dagangnya dengan para saudagar Cina dipemilik toko di desa.
Lingkungan sosialnya cenderung kecil dan mereka tidak merasa perlumemperluas
jaringan sosialnya.
c. Penyebaran Islam di daerah Patani
Pada dasarnya
yang menyebabkan tetap
kuatnya kesetiaan rakyat
dan rasaketerikatan kultural
mereka dengan Patani adalah peran historisnya sebagai pusat Islam diAsia
Tenggara. Bahkan kerabat-kerabat raja dan kaum bangsawan tetap merupakansymbol
kemerdekaan Patani selama banyak dasawarsa, setelah negeri itu secara
formaldimasukkan ke dalam kerajaan Muangthai dalam tahun 1901. Pada tahun 1613
Patanimasuk Islam sebelum Malaka, secara tradisional dikenal sebagai “
Darussalam” (tempatdamai) pertama di
kawasan itu. Sejalan
dengan tradisi antara
agama dan sistem pemerintahan di Asia Tenggara. Di kalangan
pemegang kekuasaan untuk menerima“idiologi yang memberi legitimasi” sebelum
rakyat sendiri memeluknya. Maka Islam dianutoleh keluarga para raja.Penyebaran
Islam di Muangthai melalui perdagangan, di sana Islam tidak berhasilmendesak
pengaruh Budha secara kultural maupun politik. Karena Islam pada saat itumasih
sedikit. Kaum muslimin yang menjadi mayoritas menghadapi masalah, namun taklama
kemudian Muslim minoritas bisa berperan penting dalam kehidupan nasionalmereka.
Karena kemajuan yang telah dicapai di bidang pendidikan. Dan pendidikan
inilahfaktor terpenting bagi kemajuan kaum muslimin, contohnya berhasilnya
Surin Pitsuandengan nama Muslim Abdul Halim bin Ismail, beliau mendapat gelar
kesarjanaan tertinggidi bidang ilmu politik, beliau juga seorang intelektual
Muslim berhaluan modernis danmoderat. Surin Pitsuan berfikir bahwa selama ini
sistem negara Muangthai berdasarkanbudhisme
terbukti dalam keanggotaannya dalam
parlemen. Kaum muslimin
yangmerupakan minoritas memang merasa tertekan dan tertindas. Dengan
bukti terjadinyaberbagai pemberontakan bersenjata yang selalu timbul sejak awal
abad ini.Setelah datangnya Islam konsep negara atau agama menjadi dikotomi
melayu Islamyang menyatakan hubungan mistik yang sama di Patani seperti juga di
negeri-negeri Islamlainnya di kawasan itu. Pada saat orang beralih ke agama
Islam, dan membina hubungandengan Dunia Melayu. Dengan Islam sebagai faktor
pemersatunya. Masa kejayaan daerahPatani pada abad ke-17.
d. Perkembangan Keagamaan dan Peradaban di Muangthai
Islam
di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakatMuangthai menganut
agama Budha dan
Hindu. Orang Melayu
Muslim merupakangolongan minoritas
terbesar ke-dua di
Muangthai, sesudah golongan
Cina. Merekatergolong Muslim Sunni dari madzab Syafi’I yang merupakan madzab paling besar dikalangan
umat Islam di Muangthai. Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan
keterasingandikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan
politik Muangthai. Sejak bangsa Muangthai untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah
yang taklukkepada kekuasaannya. Pada
akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerusmemberontak terhadap
kekuasaan Muangthai. Keinginan mereka adalah untuk menjadibagian dari Dunia
budaya Melayu Muslim dengan pemerintahan
otonom. Akhirnyakeinginan yang
tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomidan
budaya mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok
kecilyang mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri
Muangthai.Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang
pedesaan.
Perkembangan Islam
di Muangthai telah
banyak membawa peradaban-peradaban,misalnya :
1)
Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.
2)
Golongan Tradisional dan
golongan ortodoks telah
menerbitkan majalah Islam“Rabittah”.
3)
Golongam modernis berhasil menerbitkan
jurnal “Al Jihad”.
3. Islam di Philipina
Philipina
adalah negara kepulauan dengan 7.107 pulau, dengan jumlah penduduksekitar 47
juta jiwa, dengan menggunakan 87 dialek bahasa yang berbeda-beda
yangmencerminkan banyaknya suku dan komunitas etnis. Orang-orang Islam di
Philipinamenamakan dirinya “Moro”. Namun nama ini sebenarnya bersifat politis,
karena dalamkenyataannya Moro terdiri dari banyak kelompok etno linguistik,
umpamanya Maranow,Maquindanau, Tausuq, Somal, Yakan, Ira Nun, Jamampun, Badjao,
Kalibugan, Kalagandan Sangil.Jumlah masyarakat Moro sekitar 4,5 juta jiwa atau
9 % dari seluruh pendudukPhilipina.
Bila
direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi menjadi 2
fase,yaitu:
pertama
,
berjihad melawan penguasa Spanyol selama
377 tahun (1521-1898).
Kedua
,
Moro melawan pemerintah Philipina (1970-sekarang).Kedatangan orang-orang
Spanyol di Philipina atau menundukkan secara halusdengan hadiah-hadiah
orarng-orang Spanyol dapat memperluas kedaulatannya ke seluruhperkampungan
Philipina. Akan tetapi Spanyol mendapatkan perlawanan sengit ketikamenghadapi
kesultanan Islam di wilayah selatan, yakni Sulu, Maquindanau dan Buayan.Rentetan
peperangan yang panjang antara Spanyol dan Islam hasilnya tidak nampak,
yangnampak adalah bertambahnya ketegangan antara orang kristen dan orang Islam
Philipina.Amerika menguasai Philipina setelah mengalahkan Spanyol. Hubungan
dengan masyarakatMuslim Philipina lebih baik. Ini merupakan efek dari kebijakan
resmi Amerika untukmembiarkan
kehidupan keagamaan orang
Islam dan kebiasaan
ritualnya. Namundemikian, Islam
dibenci dan dicurigai. Untuk itu, kontak-kontak dengan saudaranya yangterdekat
di pulau Kalimantan dan pulau-pulau lainnya di Indonesia dibatasi.
Ketikasebagian besar rakyat Philipina memilih dibawah protektorat Amerika,
masyarakat MuslimPhilipina (dipelopori seratus tokoh agama dari Manarao) pada
bulan Maret 1935 menulissurat kepada Presiden Roosevelf yang intinya
persetujuannya terhadap pemerintahanprotektorat
khusus untuk masyarakat Muslim
yang terpisah dengan Philipina,
tapipermintaan ini dikabulkan Amerika.
Ketika Manuel Quezon (presiden Persemakmuran) menyatakan bahwa
undang-undang nasional akan ditetapkan secara sama terhadap orang-orang Islam
dan Kristen,mendapat reaksi keras dari kelompok Islam, karena secara mencolok
mengabaikan sistem-sistem sosial dan hukum tradisional Islam, undang-undan
nasional itu lebih banyakmengambil dari etika
Kristen dan sejarah
sosial Barat. Sebagian
pemimpin Islamberkeyakinan bahwa
peraturan pemerintah yang baru itu merupakan rencana jahat yangdisengaja untuk
mematikan Islam di Philipina (Majul, 1989:8-20). Setelah
kemerdekaannyaPhilipina tanggal 4 Juli 1946, Masyarakat Moro tetap melanjutkan
perjuangannyabagikemerdekaan Moro. Pemerintahan Philipina yang baru tetap
melanjutkan kebijakan masakolonial yakni melakukan tindakan-tindakan reprersif
kepada gerakan separatis Moro. Pemindahan masyarakat katolik Philipina ke wilayah
Mindanao –yang mayoritas beragamaIslam- terus dilakukan. Menjelang tahun 1960,
tingginya para pemukim baru yang berasaldari Philipina Utara dan Tengah membuat
Moro menjadi Minoritas di wilayah tinggalnyasendiri. Pemerintahan
Philipina, seperti halnya
pemerintah kolonial Amerika,
jugamengeluarkan sejumlah uindang-undang yang mensyahkan pengambilan
tanah yangsecara turun-temurun dimiliki
penduduk Muslim Moro
guna pembangunan proyekperkebunan dan pemukiman. Kondisi
perekonomian yang semakin menurun dikalanganpenduduk Muslim Moro ditambah lagi
derngan kasus pembunuhan di Jabaidah telahmemicu lahirnya gerakan Mindanao
Merdeka MIM (Mindanai Independence Movement) ditahun 1968, tapi gerakan ini
dapat diatasi oleh pemerintah Philipina dengan menberi posisiyang strategis
kepada tokoh-tokoh MIM. Hal ini menimbulkan kekecewaan pada kader-kader muda dibawah
pimpinan Nur Misuari.
Kader muda itu
membentuk FrontPembebasan
Nasional Moro (MNLF- Moro National Liberation Front), sebuah organisasiyang
dikenal sangan militan.Tujuan dari organisasi ini adalah memperjuangkan
kemerdekaan penuh dari tanahMoro. MNLF ini mandapat simpati dari negara-negara
Islam dibawah sehingga memaksapresiden Marcos menyetujui perjanjian Tripoli
pada tanggal 23 Desember 1976. Perjanjian ini memberikan peluang pembentukan wilayah
Mindanao sebagai suatu wilayah otonomyang meliputi 3 propinsi dan 9 kota.
Marcos bersikeras bahwa untuk menentukan daerahotonomi itu perlu diadakan
referendum. Hal ini ditolak MNLF, akibatnya berlanjut lagidiakhir tahun 1977,
yang pada akhirnya membuat pemimpin MNLF, Nur Misrua melarikandiri ke Timur
Tengah. Gagalnya perjanjian Tripoli ini memunculkan organisasi sempalanyang
tidak puas terhadap sepak terjang Nur Misuari , Bibawa Nashim Salamat,
berdirilahFront Pembebasan Islam Moro (Moro Islam Liberation Front-MILF).
Ketika menjadi presidendi tahun 1986, Aquino mengeluarkan
undang-undang baru yang
mendeklarasikanberdirinya wilayah otonom bagi Muslim Mindanao tapi MNLF
pecah untuk bersatu danmemperbaharui perjuangan bersenjata demi berdririnya
Republik Bangsa Moro yangberdaulat. Pengangkatan
Fidel Ramos sebagai Presiden Philipina di tahun 1992, memberiharapan
baru bagi Nur Misuari. Presiden mermbuka negoisasi dengan MNLF tahun
1996.Persetujuan yang ditandatangani dengan MNLF menyatakan bahwa MNLF menjadi
badanpengawas atas semua proyek pembangunan ekonomi diseluruh propinsi Mindanao
untuk 3tahun dan Nur Misuari sebagai Gubernur di wilayah itu. Ternyata
perjanjian itu terbuktiberhasil mengurangi perlawanan bersenjata di
Mindanao. Pemecahan yang paling jitu
atasproblem bangsa Moro adalah kemerdekaan penuh lepas dari Philipina dan
berdirinyanergara Islam Moro (Budiwanti, 2000:137-142).
Menurut Majul,
ada 3 alasan yang
menjadi penyebab sulitnya
bangsa Moro berintegrasi secara penuh
kepada pemerintah Republik Philipina.
Pertama
,
Bangsa Morosulit menghargai undang-undang nasional, khususnya yang mengenai
hubungan pribadidan keluarga, karena jelas undang-undang itu berasal dari Barat
dan Katolik.
Kedua
,sistem
sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama, bagi setiap anak Philipina di
semua
daerah tanpa membedakan perbedaan agama dan kultur, membuat bangsa Moromalas
untuk belajar di sekolah.
Ketiga
,
Bangsa Moro masih trauma dan kebencian yangmendalam terhadap program pemindahan
penduduk yang dilakukan oleh pemerintahPhilipina ke wilayah mereka di Mindanao,
karena program ini telah merubah posisi merekadari mayoritas menjadi minoritas
hampir di segala bidang kehidupan.
4. Islam di Nusantara
Sejumlah
ahli mengajukan teori bahwa sumber Islam di kepulauan Melayu-Indonesia adalah anak benua
India selain Arab dan Persia. Orang pertama yang menggunakan teori ini adalah
Pijnappel yang berkebangsaan Belanda dari universitas Leiden. Dia mengaitkan asal-usul Islam di Nusantara
ke kawasan Gujarat dan Malabar dengan alasan bahwa orang-orang Arab
bermadzhab Syaf’I bermigrasi dan menetap di daerah-daerah tersebutyang kemudian
membawa Islam ke Nusantara.Teori ini kemudian direvisi oleh Snouck Hurgronje
yang menyatakan bahwa Islammemperoleh pijakan yang kuat di kota-kota pelabuhan
India Selatan. Sejumlah Muslim Dhaka banyak yang hidup disana sebagai perantara
dalam perdagangan antara Timur Tengah dan Nusantara yang datang di kepulauan
Melayu sebagai para penyebar Islam pertama. Berikutnya Snouck Hurgronje berteori
bahwa mereka diikuti oleh orang-orangArab, terutama yang mengaku sebagai
keturunan Nabi Muhammad SAW. Dengan memakai gelar Sayyid atau Syarif,
yang menjalankan dakwah Islam, baik sebagai para ustadzmaupun sultan. Snouck
Hurgronje tidak menyebutkan secara eksplisit bagian mana dariIndia Selatan yang
dia lihat sebagai sumber Islam di Nusantara. Meskipun demikian, diaberpendapat
bahwa abad ke-12 merupakan waktu yang paling mungkin bagi saat paling awal Islamisasi
di kepulauan Melayu-Indonesia. Ilmuwan
Belanda lainnya, Muquette,
menyimpulkan bahwa asal-usul
Islam di Nusantara adalah Gujarat
di pesisir selatan India. Dia mendasrkan kesimpulannya setelahmempertimbangkan gaya
batu nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, khususnyayang bertanggal 17
Dzuhijjah 831 H / 27 September 1428 M, yang identik dengan batunisan yang
ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik, Jawa timur. Dia
menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik
sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat. Dia berspekulasi bahwa dari
penemuan-penemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya di produksi untuk pasar
lokal, tetapi juga untuk pasar luar negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh
karena itu, berdasarkan logika linier, Moquette menyimpulkan bahwa karena
mengambil batu nisan dari Gujarat, orang-orang Melayu-Indonesia juga mengambil
Islam dari wilayah tersebut.Dengan logika linier yang lemah itu tidak heran
kalau kesimpulan Muquette ditentangoleh Fatimi yang berpendapat bahwa salah
jika mengaitkan seluruh batu nisan yang ada diPasai, termasuk batu nisan Malik
al-Shalih, dengan Cambay. Menurut penelitiannya sendiri, gaya batu nisan
Malik al-Shalih sangat berbeda dengan corak batu nisan Gujaratdan prototype
Indonesianya. Fatimi berpendapat bahwa pada kenyataannya bentuk batunisan itu
sama dengan yang ada di Bengal. Oleh karena itu, sama dengan logika linier
Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa semua batu nisan itu pasti
diimpor dari Bengl. Ini menjadi alasan utamanya untuk menyimpulkan lebih lanjut bahwa asal-asul Islam
di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah daerah Bengal (kini, Bangladesh). Agaknya
teori Fatimi sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada sejumlah
pakar lain yang telah mengambil alih kesimpulan Moquette. Yang menonjol diantara
mereka adalah Kern, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian
diantara mereka memberikan tambahan argumentasi
untuk mendukung Moquette. Ahli
sastra Melayu, William Winstedt, misalnya menunjukkan batu nisan yangsama di
Bruas, tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung Malaya.
BAB III
PENUTUP
Sebagaimana telah diuraikan diataspada term
penyebaran islam di Asia Tenggara yang tidak terlepas dari peran kaum pedagang
muslim. Hingga kontrol ekonomi pun dimonopoli oleh mereka. Disamping itu
pengaruh ajaran islam sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di
Asia Tenggara.
Islam mentransformasikan budaya masyarakat yang
tekah diislamkan di kawasan ini secara bertahap. Islam yang etos dan lahir
darinya muncul sebagai dasar kebudayaan. Namun dari masyarakat yang telah di
islam-kan dengan sedikit muatan lokal. Islamisasi di kawasan Asia Tenggara ini
membawa persamaan di bidang pendidikan, pendidikan tidak lagi menjadi hak
istimewa kaum bangsawan. Tradisi pendidikan islam melibatkan seluruh lapisan
masyarakat.
Pertumbuhan masyarakat muslim dari berbagai
aspekpun perlahan mengalami regres dan sampai sekarang telah melahirkan
kebudayaan muslim baru yang besar dan kokoh seperti Indonesia, Malaysia, Brunei
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Maryam dkk Sejarah Peradaban Islam,( Lkis, 2004)
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Pustaka Hidayah), 2001
Taufik Abdillah, Sejarah Umat Islam
Indonesia, (Jakarta : MUI)
Badri
Yatim, sejarah peradaban islam, (jakarata:
PT Raja Grafindo Persada)
Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan
Dunia Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 2004)
Ira M Lapidus, 1999 The Cambridge History
of Islam ( new york : cambridge university press)
Samsul
Munir Amin, Sejarah peradaban Islam
(jakarta : Amzah) 2010
[1]
Siti Maryam dkk Sejarah Peradaban Islam,(
Lkis, 2004)
[2]
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta:
Pustaka Hidayah), 2001
[3]
Taufik Abdillah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta : MUI)h 39
[4]
Badri Yatim, sejarah peradaban islam, (jakarata:
PT Raja Grafindo Persada) h 201-204
[5]
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di
Kawasan Dunia Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 2004)h. 297
[6]
Ira M Lapidus, 1999 The Cambridge History of Islam ( new york : cambridge
university press)h 720-721
[7]
Samsul Munir Amin, Sejarah peradaban
Islam (jakarta : Amzah) 2010 h 332
Tidak ada komentar:
Posting Komentar